Kamis, 15 Mei 2014

Catatan Perjalanan : Rancabuaya dan Santolo (Jakarta - SPBU Tanjung) - Part 1

Sebelum menulis panjang lebar, ijinkan saya selaku pemilik dan penulis blog ini atas keterlambatan dalam menyelesaikan Catatan Perjalanan : Rancabuaya dan Santolo - Part 1 kepada para pembaca sekalian. Bisa dibilang belakangan ini saya (sok) sibuk dengan urusan kantor dan kuliah. Setelah urusan kuliah term ini beres (udah ujian) dan mumpung long weekend, saya sempatkan merampungkan tulisan ini. *kenapa malah curhat.

Sebulan lebih yang lalu (29-31 Maret 2014), saya bersama beberapa rekan kantor berkesempatan mengunjungi Pantai Rancabuaya dan Pantai Santolo yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Mungkin beberapa di antara kita belum mengenal kedua pantai ini, terlebih untuk Pantai Rancabuaya yang memang masih kurang dalam hal promosi. Tapi untuk urusan pemandangan, Pantai Rancabuaya memiliki pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Rencana liburan kali ini merupakan lanjutan setelah liburan di Pulau Pramuka beberapa bulan lalu, tepatnya September 2013. Rencana awal sepulang dari Pulau Pramuka adalah mengadakan acara ngecamp di Pulau Semak Daun. Namun karena cuaca yang masih belum bersahabat, ditambah saya yang juga mengalami sedikit trauma untuk pergi lagi ke Kepulauan Seribu saat bulan Februari kemarin, rencana ngecamp di Pulau Semak Daun pun dibatalkan. Akhirnya dipilihlah lokasi Pantai Rancabuaya dan Pantai Santolo.

Kami beranggotakan 9 orang, 5 orang wanita dan 4 orang pria. Iya, jumlah ini jauh lebih sedikit dari rencana awal yang berkisar 15 orang. Salah satu rekan saya, sebut saja Bima, sibuk dengan rutinitas barunya sebagai programmer dengan night shift-nya. Kemudian Hepi, justru harus lembur tepat tanggal 29 Maret 2014. Sedangkan rekan saya yang lain, sebut saja Isnan, pulang kerja terlalu larut malam (a.k.a lembur) saat tanggal 28 Maret 2014, satu malam sebelum hari keberangkatan. Mungkin dia lelah. Revi, Ipan dan Millah pun batal bergabung.

Yaaaa daripada akhirnya hanya menjadi wacana, 9 orang yang tersisa pun tetap berangkat. Titik keberangkatan awal adalah Pool Primajasa di daerah Cililitan. Kami terbagi menjadi 4 regu. Regu pertama adalah Rizki dan Putri. Regu kedua adalah Keluarga Cemaranya Agung (Agung, Dewi, Pipi, Feni). Regu ketiga adalah Ridwan (kasian Ridwan sendiri). Regu keempat adalah saya dan Panji.

Rencana awal saya memang "janjian" di Stasiun Cawang bareng Panji. Namun karena satu dan lain hal (baca: PANJI LELET), sengaja pake capslock, saya akhirnya memutuskan untuk berangkat lebih awal menggunakan TransJakarta. Singkat cerita, anggota tim sudah berkumpul di Pool Primajasa Cililitan, hanya tersisa satu anggota yang belum hadir, you-know-who, Panji.

Teh Dewi sudah terlebih dahulu mengambil nomor antrian untuk masuk bus tujuan Garut. Ya, suasana di Pool Primajasa saat itu dipadati penumpang bus jurusan Bandung, Garut dan Tasikmalaya. Moment long weekend dimanfaatkan bagi mereka yang ingin pulang ke kampung halaman atau berlibur ceria bersama teman-teman. Kami mendapat nomor antrian 887-895 (cmiiw, agak lupa), sedangkan saat itu nomor antrian yang dipanggil untuk masuk bus tujuan Garut baru sekitar nomor 600an.

Gambar 1
Narsis sebelum memulai perjalanan
Dari kiri ke kanan (Rizky, Putri, Mbah, Feni, Teh Dewi, Pipi, saya, Ridwan, Panji)
Setelah menunggu sekitar satu jam, nomor antrian kami pun akhirnya dipanggil juga. Dengan jumlah anggota yang cukup banyak, sementara bus sudah setengah terisi penuh, akhirnya kami memutuskan untuk menempati bagian paling belakang bus (a.k.a Smoking Room) dan berharap semoga tidak ada penumpang bus yang merokok. Perjalanan pun dimulai pukul 10.30 pagi. Jika lancar, perjalanan Jakarta - Garut memakan waktu 4 - 5 jam. Namun jika long weekend seperti kemarin, kami sudah memprediksikan waktu perjalanan akan lebih lama.

Sekitar pukul 13:30, bus yang kami tumpangi mampir di SPBU Rest Area KM 57, Tol Jakarta - Cikampek untuk mengisi bahan bakar. Momen tersebut kami manfaatkan untuk membeli makanan, Rice Box KFC pun jadi pilihan (bukan iklan). Saya dan Panji keluar dari bus, menuju ke KFC yang ada di rest area tersebut. 10 menit mengantri, Rizky menelpon saya dan mengingatkan saya untuk kembali ke bus secepatnya. Saat itu tersisa 2 orang di depan saya, mba-mba berbaju ungu dan ibu-ibu berbaju kuning. Pesanan mba-mba berbaju ungu sudah hampir rampung, jika saya bisa menyalip antrian ibu-ibu berbaju kuning mungkin bus masih sabar menunggu saya dan Panji. Akhirnya, dengan sopan (saya sih ngerasanya udah sopan) saya meminta izin untuk menyalip antrian ibu-ibu berbaju kuning.
Saya: "Maaf Bu sebelumnya, Ibu kesini dengan mobil pribadi atau bus?" (di logika saya waktu itu, berkendara dengan mobil pribadi jauh lebih bebas, terserah pengemudi, berlama-lama di rest area pun tidak masalah) 
Ibu baju kuning: "Mobil pribadi, kenapa ya Mba?" 
Saya: "Maaf ya Bu, boleh ngga kalo saya salip antrian Ibu? Saya kesini naik bus, barusan udah ditelepon temen, busnya udah mau jalan. Boleh Bu?" 
Ibu baju kuning: "Mmm, pesennya banyak?"
Saya: "Banyak sih Bu, pesen 6, tapi rice box semua, itu aja." 
Ibu baju kuning: "Aduuuuuuuh mbaaaaa, tapi anak saya belum makan dari pagi, ga sarapan tadi. Kasian dong anak saya." 
Saya: "Jadi ga boleh Bu?" 
Ibu baju kuning: "Engga Mba, kasian dong anak saya belum makan dari pagi, Mba tega?"
Saya: "Baik Bu, makasih" (dalem hati: ibu yang tega, anak kok ga dikasih makan dari pagi)
Ketidak berhasilan saya menyalip antrian Ibu berbaju kuning menandakan kami harus sesegera mungkin keluar KFC dan melupakan rice box. Benar saja, kernet bus sudah menatap saya dan Panji yang berjalan tergesa-gesa menuju bus dengan sedikit muka jengkelnya. Baiklaaaaah, lanjutkan perjalanan dan lupakan rice box.

Sesampainya di Cileunyi, bus berhenti sejenak untuk menaik turunkan penumpang. Saat itu, beberapa pedagang makanan pun masuk ke bus yang kami tumpangi. Rasa lapar karena gagal mendapatkan rice box membuat kami memutuskan untuk membeli tahu sumedang.
A: "Tahu sumedangnya enak nih, masih anget" (sambil melahap tahu sumedang)
B: "Gue curiga nih abangnya daritadi di bagasi, nggoreng tahu"
Setelah beberapa menit berhenti di Cileunyi, bus meneruskan perjalanannya menuju Terminal Guntur - Garut. Kami berhenti di SPBU Tanjung untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan menuju Pantai Rancabuaya. Namun, sebelum tiba di SPBU Tanjung, kami sempat terlibat percakapan singkat dengan tukang kerupuk yang masuk ke bus kami.
A: "Pak, SPBU Tanjung masih jauh ga dari sini?"
Tukang kerupuk: "Engga kok, 1 km lagi juga sampe. Ini di depan ada SPBU, nah SPBU Tanjung di depannya lagi."
(sang tukang kerupuk pun turun dari bus)
Benar saja, tidak jauh dari situ, kami melewati SPBU pertama. Kami pun bersiap-siap untuk turun (cuma 1 km lagi). Perjalanan pun berlanjut, lebih dari 5 km, SPBU Tanjung tidak kunjung terlihat. Entahlah, mungkin tukang kerupuk punya alat ukur sendiri dalam memperkirakan jarak dari satu tempat ke tempat lain. Kami pun sampai di SPBU Tanjung dengan selamat.

Catatan Perjalanan : Rancabuaya dan Santolo (SPBU Tanjung - Pantai Rancabuaya) - Part 2
Coming soon :)


[nsa]

1 komentar: